Manfa’at dan faedah membaca sholawat antara lain :
1. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca sholawat kepadaku
10x, maka Allah SWT membalas sholawat kepadanya 100x, dan barang siapa
membaca sholawat kepadaku 100x, maka Allah SWT menulis diantara kedua
matanya “Bebas dari munafiq dan bebas dari neraka “, dan Allah SWT
menempatkan dirinya pada hari qiyamat bersama dengan para syuhada”.
2. Rosulullah SAW bersabda : ”Telah datang malaikat Jibril as kepadaku
sambil berkata : “Barangsiapa diantara umatmu membaca sholawat kepada-mu
satu kali, maka sebab bacaan sholawat tadi, Allah SWT menuliskan
baginya 10 kebaikan, dan mengangkat derajatnya 10 tingkatan, dan.Allah
membalas sholawat kepadanya sesuai dengan sholawat yang ia baca “.
3. Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya manusia yang paling utama
disisi-ku pada hari qiyamat adalah mereka yang paling banyak membaca
sholawat kepadaku”.
4.
Rosulullah SAW bersabda : “Yang paling banyak diantara kalian membaca
sholawat kepadaku, dia-lah yang paling dekat denganku besok di hari
qiyamat.
5. Rosulullah SAW bersabda :
“Bacalah kalian sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawat itu
menjadi penebus dosa dan pembersih bagi jiwa kalian, dan barangsiapa
membaca sholawat kepada-ku satu kali, Allah SWT membalas sholawat
kepadanya sepuluh kali”.
6. Rosulullah
SAW bersabda : ‘Sholawat kalian kepada-ku itu merupakan pengawal bagi
dikabulnya do’a kalian dan memperoleh keridloan dari Allah, dan menjadi
pembersih dari amal-amal kalian”.
7.
Rosulullah SAW bersabda : “Semua doa itu terhijab (terhalang), sehingga
ia memuji Allah dan bersholawat kepada Nabi SAW, maka do’anya itu
diterima”.
8. Rosulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa membaca sholawat kepadaku setiap hari 100 kali, maka Allah
SWT mengabulkan 100 macam hajatnya, yang 30 macam untuk kepentingan di
dunia, sedangkan yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirat ”.
9. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membaca sholawat kepadaku
setiap hari 1000 kali, dia tidak akan mati sebelum melihat tempatnya di
surga”.
10. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa
yang menulis sholawat kepadaku di dalam suatu kitab, maka para malaikat
tidak henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama namaku masih
berada di dalam Kitab itu “.
11.
Rosulullah SAW bersabda : ”Hiasilah ruangan tempat perkumpulanmu dengan
bacaan sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawatmu akan
menjadi nuur ( cahaya ) pada hari kiamat”.
12.
Rosulullah SAW bersabda : “Segala sesuatu itu ada alat .pencuci dan
pembersihnya. Adapun alat pencuci hati seorang mu’min dan pembersihnya
dari kotoran dosa yang sudah melekat dan berkarat itu adalah dengan
membaca sholawat kepadaku”.
13. Rosulullah SAW
bersabda : “Barangsiapa yang merasa kesulitan memperoleh sesuatu, maka
sesungguhnya sholawat itu akan menghilangkan kesulitan dan
kesusahannya”.
14. Rosulullah SAW bersabda :
“Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku pada setiap hari Jum’at, maka
sesungguhnya bacaan sholawat ummatku pada setiap hari Jumat itu
dilaporkan kepada-ku”.
15. Rasulullah SAW
bersabda : “Dalam mimpi, aku pernah melihat pamanku Hamzah dan
saudaraku Ja’far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi
buah pidara dan merekapun memakannya, kemudian buah pidara itu berubah
menjadi anggur.dan merekapun memakannya, dan buah anggur itu berubah
menjadi buah kurma yang masih segar. Kemudian merekapun memakannya, lalu
aku mendekat dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan, amal
apakah yang telah kalian lakukankan ? Mereka menjawab : Demi ayah dan
ibuku jadi tebusanmu, kami dapatkan amal yang paling utama adalah
bershalawat kepadamu”,
16. Rasulullah
SAW bersabda : “Ketika aku di-mi’raj-kan ke langit, aku melihat malaikat
yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya ada seribu
jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya
kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung ?
Jibril menjawab : Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung
setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan
dari langit ke bumi. Aku bertanya kepada malaikat itu : Apakah kamu
mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi
sejak Allah menciptakan dunia ? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah
yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak hanya mengetahui setiap
tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui
secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di
daratan, di bangunan, di perkebunan, dan di pekuburan. Rasulullah SAW
bersabda : Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam
menghitung. Ia berkata : Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku hafal
dan menghitungnya. Rasulullah SAW bertanya : Menghitung apakah itu ? Ia
menjawab : Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang dibaca oleh
sekelompok orang dari umatmu ketika namamu disebut di suatu majlis.”
17. Rasulullah SAW bersabda : “Pada hari kiamat nanti aku akan berada
di dekat mizan ( timbangan ) amal. Barangsiapa yang amal buruknya lebih
berat dari amal baiknya, aku akan datang bersama sholawat yang pernah
dibacanya, sehingga amal baiknya akan lebih berat, berkat shalawatnya
itu”.
18. Rasulullah SAW bersabda :
”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku 3 kali setiap pagi dan 3 kali
setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah SWT berhak
mengampuni dosa-dosanya pada hari itu”.
19. Rasulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku
saat akan membaca Al-Qur’an, maka malaikat akan selalu memohonkan
ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur’an”.
20. Saidina Abu Huroiroh ra berkata : “Membaca sholawat kepada Nabi SAW adalah jalan menuju sorga “.
21. Saidina Ali Zainal ‘Abidin bin Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib ra
berkata : “Tanda-tanda orang ahlus-sunnah adalah memperbanyak sholawat
kepada Nabi SAW“.
22. Imam Ja’far Ash-Shodiq berkata
: “Ketika nama Nabi SAW disebut, maka perbanyaklah sholawat kepadanya,
sesungguhnya orang yang bersholawat kepada Nabi SAW satu kali, Allah
akan bershalawat kepadanya 1000 kali bersama 1000 barisan malaikat.
Tidak ada satu pun makhluk Allah kecuali ia bershalawat kepadanya,
karena Allah dan para malaikat bershalawat kepadanya. Barangsiapa yang
tidak mau membaca sholawat, ia dianggap sebagai orang yang jahil dan
tertipu”.
23. Imam Ja’far ash-Shodiq
berkata : ”Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka
perbanyaklah sholawat kepada Rasulullah SAW dan keluarganya,
sesungguhnya shalawat itu benar-benar dapat menghapus dosa-dosanya”.
24. Imam Ja’far ash-Shodiq pernah ditanya : “Apa pahala membaca
shalawat itu ? Beliau menjawab : “Ia akan keluar dari dosa-dosanya
seperti saat bayi yang baru lahir dari ibunya”.
25. Imam Muhammad al-Baqir berkata : ”Tidak ada satupun amal yang lebih
berat dalam timbangan, kecuali shalawat kepada nabi Muhammad dan
keluarganya. Sesungguhnya akan ada seseorang yang ketika amalnya
ditimbang, maka timbangan amalnya miring ke kiri. Kemudian Nabi SAW
datang membawakan pahala shalawatnya dan meletakkan di mizan amalnya,
maka beruntunglah ia berkat shalawat itu”.
26. Syekh Showi dalam kitab tafsirnya berpendapat : “Sesungguhnya para
ulama sependapat, bahwa semua amal ada yang diterima dan ada pula yang
ditolak, kecuali sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya sholawat
kepada Nabi SAW itu “ Maqbuulatun Qoth’an “ ( pasti diterima ) “.
(Taqriibul Ushul Hal : 5 7).
27. AI-Allaamah
Syamsuddin bin Qoyyim dalam kitabnya Jalaailul-Afhaam berkata :
“Sesungguhnya membaca sholawat itu menjadi sebab bertambahnya rasa cinta
kepada Allah SWT dan Rosul-Nya. Cinta itu kelak akan menjadi satu
ikatan dari ikatan-ikatan keimanan, padahal keimanan itu tidak bisa
sempurna kecuali dengan cinta”.
28. Sebagian ulama
berpendapat : “Jalan yang paling dekat kepada Allah SWT pada akhir
zaman, khususnya bagi orang-orang yang banyak berbuat dosa adalah
memperbanyak istighfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW”.
29 Sebagian ulama berpendapat : “Sesungguhnya membaca sholawat kepada
Nabi SAW itu dapat menerangi hati dan mewushulkan dirinya kepada Allah
SWT”.
30. Sebagian ulama berpendapat : “Sesungguhnya
memperbanyak baca sholawat dapat mimpi bertemu dengan Rosululloh SAW,
bahkan apabila bersungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakannya,
maka pembaca sholawat itu kelak dapat melihat Rosululloh SAW dalam
keadaan jaga “.
Kisah nabi Adam as membaca sholawat
kepada Rosululloh SAW. : “Ketika Allah SWT telah menciptakan nabi Adam
as, maka ia sempat memandang ke atas arsy. Di atas sana ia melihat
tulisan “Muhammad”. Dia bertanya kepada Allah : Wahai tuhanku, diakah
orang yang paling mulia disisi-Mu ? Allah SWT menjawab : “Benar, dan
jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan langit, bumi, surga
dan neraka”.
Kemudian Allah menciptakan Ibu Hawwa dari tulang
rusuk sebelah kiri nabi Adam as, Dan ketika beliau mengarahkan pandangan
matanya kesana, Allah-pun memberikan hawa syahwat kedalam hatinya. Nabi
Adam pun bertanya : “Wahai tuhanku, siapakah dia ?”.
Allah SWT menjawab : “Itu Hawwa”.
“Kawinkanlah aku dengannya”. Pinta nabi Adam as.
“Dapatkah engkau membayar mas kawinnya ?”
Nabi Adam as bertanya : “Apa mas kawinnya ?”.
Allah SWT menjelaskan : ”Mas kawinnya membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW 10 kali”.
Kemudian nabi Adam as pun membaca sholawat sepuluh kali kepada nabi
Muhammad SAW. Maka bacaan sholawatnya itu menjadi maskawinnya Ibu Hawwa.
Kisah nabi Musa as membaca sholawat kepada Rosululloh SAW : “Dalam
Kitab “Syifaa’ul Asqom”, syekh al-Hafidz Abu Nuaem bercerita, bahwa
Allah SWT bertanya kepada nabi Musa as : ”Wahai Musa, apakah-engkau
ingin agar Aku lebih dekat denganmu melebihi dekatnya kalammu dengan
lisanmu, melebihi dekatnya pandanganmu dengan matamu dan melebihi
dekatnya rohmu dengan badanmu ?”.
Nabi Musa as menjawab : “Mau, wahai tuhanku”.
Allah SWT berfirman : “Perbanyak-lah engkau membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW”.
Kecaman dan celaan terhadap orang yang tidak mau membaca sholawat antara lain :
1. Rosulullah SAW bersabda : “Ada 3 kelompok orang yang tidak akan bisa
melihat wajahku pada hari kiamat. Pertama, orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya. Kedua, orang yang meninggalkan sunnah-ku, dan
ketiga, orang yang tidak membaca sholawat kepadaku ketika namaku
disebut”.
2. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang tidak mau membaca sholawat kepada-ku, maka tidak dianggap sempurna agamanya “.
3. Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa mendengar namaku disebut di
dekatnya dan ia tidak membaca sholawat kepadaku, maka dia itulah
sebakhil-bakhilnya manusia”.
4. Rosulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa mendengar namaku disebut di dekatnya dan ia tidak membaca
sholawat kepadaku, maka dia bukan golongan-ku dan aku-pun bukan
golongannya. Kemudian Rosululloh SAW berdoa : “Yaa Allah, pertemukanlah
aku dengan orang yang suka berhubungan denganku. dan putuskanlah
hubunganku dengan orang yang tidak mau berhubungan denganku”.
5. Rasulullah SAW bersabda : “Pada hari kiamat nanti semua kaum
muslimin akan melihatku, kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, peminum khamer, dan orang yang tidak mau bersholawat ketika
namaku disebut”.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪﻥ ﺍﻟﻔﺎﺗﺢ ﻟﻤﺎﺍﻏﻠﻖ ﻭﺍﻟﺨﺎﺗﻢ ﻟﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﻧﺎﺻﺮﺍﻟﺤﻖ ﺑﺎ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﻬﺎﺩﻱ ﺍﻟﻰ ﺻﺮﺍﻃﻚ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ
ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﺣﻖ ﻗﺪ ﺭﻩ ﻭﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ
Bloge*TinonxMarawis*
Senin, 15 April 2013
Kamis, 22 November 2012
Keutamaan Puasa 'Asyura
Keutamaan Puasa Asyura 9, 10 dan 11 Muharram
‘Asyura berasal dari kata ‘asyara, artinya bilangan sepuluh. Secara istilahi Puasa ‘Asyura adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram pada Kalender Islam Hijriyah. Hukum puasa Asyura adalah sunnah; maksudnya sangat dianjurkan dan berpahala bagi yang menerjakannya namun tidak berdosa bagi yang tidak mengerjakannya.Hadits dari Siti Aisyah RA yang diriwayatkan Imam Bukhori:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka. (HR Bukhari)
Diriwayatkan bahwa puasa ‘Asyura sudah dilakukan oleh masyarakat Quraisy Makkah pada masa jahiliyyah. Rasulullah SAW juga melakukannya ketika masih berada di Makkah maupun seteleh berada di Madinah.
Diriwayatkan juga bahwa ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini. Rasulullah bersabda,
فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ
Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).
Maka kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya. (HR Bukhari)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah pun sempat diprotes oleh umat Islam di Madinah: “Ya Rasulallah, hari itu (’Asyura) diagungkan oleh orang Yahudi.” Maksudnya, kenapa umat Islam mengerjakan sesuatu persis seperti yang dilakukan oleh umat Yahudi? Beliau lalu bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.” Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10 tapi juga tanggal 9 Muharram. Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah telah wafat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 dimaksudkan agar tidak persis seperti yang dilakukan oleh umat pada masa Nabi sebelumya, yakni Yahudi dan Nashrani. (Fathul Bari 4: 245)
Sebagian ulama memberikan nama tersendiri untuk puasa sunnah di tanggal 9 Muharam ini, yakni puasa Tasu’a, dari kata tis’a artinya bilangan sembilan. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah bagian dari kesunnahan puasa asyura.
Adapun fadhilah atau keutamaan puasa asyura adalah seperti digambarkan dalam hadits dari Sahabat Abdullah bin Abbas berikut ini:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ
Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan. (HR Muslim)
Puasa ‘Asyura disandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR Muslim)
Walaupun
ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw.
memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa
hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari
sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17012/bulan-muharram-keutamaan-legenda-mitos-dan-bidah-di-dalamnya/#ixzz2Cxie9ZXz
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17012/bulan-muharram-keutamaan-legenda-mitos-dan-bidah-di-dalamnya/#ixzz2Cxie9ZXz
Keutamaan yang didambakan dari puasa ‘Asyura adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
Puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu. (HR Abu Daud)
Begitu besar keutamaan yang terkandung pada puasa di hari ini. Bahkan sebagian ulama salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib. Namun berdasarkan hadits ‘Aisyah di atas, kalaupun puasa ini dihukumi wajib maka kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang sunnah.
Jumat, 27 Juli 2012
HABIB HUSEIN BIN ABU BAKAR AL-AYDRUS
Habib
Husein bin Abu Bakar Al -Aydrus ( Luar Batang )
Nasab Al-Habib Husein bin Abu Bakar
Al-Aydrus ( Luar Batang )
Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Al-aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Al Habib Husein bin Abu bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya didaerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Beliau dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu, dimana sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan. Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim sufi”; disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Ditengah-tengah kehidupan diantara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya. Setelah beranjak dewasa; setiap ahli thariqah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensyiarkan islam kebelahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut, Habib Husein tidak kekurangan akal, Ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melaksanakan jual-beli di pasar pada setiap hari jum’at.
Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, sang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian putranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata :
“janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertaqwalah kepada Allah SWT, sesungguhnya Ia bersama kita.”
Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India.
Sampailah Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensyiarkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa rahmatan lil Alamin; karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. Agama islam pun tumbuh berkembang.
Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian, beliau melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.
Batavia adalah pusat pemerintah Belanda, dan pelabuhannya Sunda kelapa. Pada tahun 1736 M datanglah Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda kelapa. Disinilah persinggahan terakhir dalam menyiarkan islam. Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran islam. Beliau banyak dikunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar islam atau banyak juga yang datang untuk didoa’kan.
Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran dari pemerintah VOC, yang dipandang akan mengganggu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman dan ditahan di penjara Glodok.
Tembok dan terali besi tidak dapat menghentikan peran Habib Husein dalam mensyiarkan islam. Walau di krangkeng tahanan, beliau tetap mengajarkan ayat-ayat Al qur’an dan tuntunan islam. Namun setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.
Dalam perjuangan Habib Husein membela agama Allah, ternyata Allah berkehendak lain, wali Allah ini telah dipanggil dalam usia muda, lebih kurang dalam usia 30-40 tahun. Tepatnya beliau meninggal pada hari kamis tanggal 17 ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M.
Karomah Habib Husein
Pengertian Karomah.
Mu’jizat adalah memiliki pengertian keluarbiasaan yang diberikan Allah kepada seorang Nabi atau Rasul. Sedangkan keluar biasaanyang diberikan Allah kepada para Wali Allah maka disebutnya sebagai karomah. Akan tetapi secara hagiologi ( ilmu tentang kewalian ) tidak semua kejadian luar biasa disebut karomah. Sebab Allah juga dapat memberikan keluar biasaan kepada hambanya yang fasiq atau ada sebagian kafir, maka disebut Istijraj. Istilah karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti mulia, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan karoma dengan Keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketaqwaannya kepada tuhan yang maha esa.
Dalam ajaran islam, karomah dimaksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seorang wali Allah. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugerah Allah karena ketaqwaannya. Berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu baker Al aydrus atau yang dikenal sebagai Habib Luar batang, seoang wali Allah yang lahir di jazirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di pulau Jawa, tepatnya Jakarta Utara.
1. Menjadi mesin pemintal.
Di masa belia, di tanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut, Yaman; Habib Husein berguru pada seorang Alim Sufi. Di hari-hari libur beliau pilang untuk menyambangi ibunya. Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Habib Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan oleh Habib Husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya; si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir, sambil berucap ;
”sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar disisinya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan kota Gujarat
Hijrah pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah didaratan India, tepatnya di kota Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati, karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua ada setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal, dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.
Habib Husein menyanggupi bahwa dengan pertolongan Allah, beliau akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimt syahadat dan menerima islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama islam.
Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam tersebut. Demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat dari kehidupan kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya kedaratan Asia tenggara untuk tetap mensyiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan Belanda.
Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya, karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyup, ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa. Keesokan harinya datanglah tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan tersebut, sambil berkata :
“ Aku akan melindungi tawanan ini dan aku jaminannya.”
Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia masuk islam.
4. Menjadi Imam di Penjara.
Dalam masa sekejap telah banyak orang yang datang untuk belajar islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan mengganggu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan seksi dua.
Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain. Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat bersama-sama pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luarpun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan terkunci.
Kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.
5. Si Sinyo menjadi Gubernur.
Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Di saat mereka beristirahat; lewatlah seorang sinyo ( anak Belanda ) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si sinyo kaget dan berlari kea rah pembantunya.. Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi pembesar di negeri ini. Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya & diangkat menjadi Gubernur Batavia.
6. Cara berkirim uang.
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein, bahwa kelak akan menjadi orng besar di negeri ini, ternyata benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa habib Husein..
Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya. Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya kelaut. Gubernur yang memberi uang jadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya di buang ke laut. Di jawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman. Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut.
Walhasil tak satu keping uangpun diketemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.
7. Kampung Luar Batang.
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya :
“Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.”
Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkannya sebidang tanah di kampong baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir. Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis, tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang,
Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang ( keranda ). Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenazah Habib Husein kembali berada di tempat semula. Dalam bahasa lain jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud. Namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.
Akhirnya para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya “ Kampung baru Luar Batang.” Dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang.”
( Dikutip dari buku Riwayat singkat & karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-aydrus, Penulis : Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus )
Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Al-aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Al Habib Husein bin Abu bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya didaerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Beliau dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu, dimana sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan. Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim sufi”; disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Ditengah-tengah kehidupan diantara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya. Setelah beranjak dewasa; setiap ahli thariqah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensyiarkan islam kebelahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut, Habib Husein tidak kekurangan akal, Ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melaksanakan jual-beli di pasar pada setiap hari jum’at.
Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, sang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian putranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata :
“janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertaqwalah kepada Allah SWT, sesungguhnya Ia bersama kita.”
Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India.
Sampailah Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensyiarkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa rahmatan lil Alamin; karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. Agama islam pun tumbuh berkembang.
Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian, beliau melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.
Batavia adalah pusat pemerintah Belanda, dan pelabuhannya Sunda kelapa. Pada tahun 1736 M datanglah Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda kelapa. Disinilah persinggahan terakhir dalam menyiarkan islam. Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan ajaran islam. Beliau banyak dikunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar islam atau banyak juga yang datang untuk didoa’kan.
Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran dari pemerintah VOC, yang dipandang akan mengganggu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman dan ditahan di penjara Glodok.
Tembok dan terali besi tidak dapat menghentikan peran Habib Husein dalam mensyiarkan islam. Walau di krangkeng tahanan, beliau tetap mengajarkan ayat-ayat Al qur’an dan tuntunan islam. Namun setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.
Dalam perjuangan Habib Husein membela agama Allah, ternyata Allah berkehendak lain, wali Allah ini telah dipanggil dalam usia muda, lebih kurang dalam usia 30-40 tahun. Tepatnya beliau meninggal pada hari kamis tanggal 17 ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M.
Karomah Habib Husein
Pengertian Karomah.
Mu’jizat adalah memiliki pengertian keluarbiasaan yang diberikan Allah kepada seorang Nabi atau Rasul. Sedangkan keluar biasaanyang diberikan Allah kepada para Wali Allah maka disebutnya sebagai karomah. Akan tetapi secara hagiologi ( ilmu tentang kewalian ) tidak semua kejadian luar biasa disebut karomah. Sebab Allah juga dapat memberikan keluar biasaan kepada hambanya yang fasiq atau ada sebagian kafir, maka disebut Istijraj. Istilah karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti mulia, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan karoma dengan Keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketaqwaannya kepada tuhan yang maha esa.
Dalam ajaran islam, karomah dimaksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seorang wali Allah. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugerah Allah karena ketaqwaannya. Berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu baker Al aydrus atau yang dikenal sebagai Habib Luar batang, seoang wali Allah yang lahir di jazirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di pulau Jawa, tepatnya Jakarta Utara.
1. Menjadi mesin pemintal.
Di masa belia, di tanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut, Yaman; Habib Husein berguru pada seorang Alim Sufi. Di hari-hari libur beliau pilang untuk menyambangi ibunya. Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Habib Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan oleh Habib Husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya; si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir, sambil berucap ;
”sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar disisinya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan kota Gujarat
Hijrah pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah didaratan India, tepatnya di kota Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati, karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera. Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua ada setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal, dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.
Habib Husein menyanggupi bahwa dengan pertolongan Allah, beliau akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimt syahadat dan menerima islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama islam.
Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam tersebut. Demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat dari kehidupan kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya kedaratan Asia tenggara untuk tetap mensyiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan Belanda.
Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya, karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyup, ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa. Keesokan harinya datanglah tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan tersebut, sambil berkata :
“ Aku akan melindungi tawanan ini dan aku jaminannya.”
Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia masuk islam.
4. Menjadi Imam di Penjara.
Dalam masa sekejap telah banyak orang yang datang untuk belajar islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan mengganggu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan seksi dua.
Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain. Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat bersama-sama pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luarpun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan terkunci.
Kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.
5. Si Sinyo menjadi Gubernur.
Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Di saat mereka beristirahat; lewatlah seorang sinyo ( anak Belanda ) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si sinyo kaget dan berlari kea rah pembantunya.. Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi pembesar di negeri ini. Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya & diangkat menjadi Gubernur Batavia.
6. Cara berkirim uang.
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein, bahwa kelak akan menjadi orng besar di negeri ini, ternyata benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa habib Husein..
Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya. Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya kelaut. Gubernur yang memberi uang jadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya di buang ke laut. Di jawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman. Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut.
Walhasil tak satu keping uangpun diketemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.
7. Kampung Luar Batang.
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya :
“Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.”
Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkannya sebidang tanah di kampong baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir. Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis, tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang,
Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang ( keranda ). Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenazah Habib Husein kembali berada di tempat semula. Dalam bahasa lain jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud. Namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.
Akhirnya para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya “ Kampung baru Luar Batang.” Dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang.”
( Dikutip dari buku Riwayat singkat & karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-aydrus, Penulis : Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus )
Langganan:
Postingan (Atom)